60DTK – Gorontalo: Tingginya angka Demam Berdarah Dengue (DBD) bukan hanya datang dari nyamuk itu sendiri, melainkan bisa datang dari perilaku masyarakat yang tidak memiliki kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Hal ini diungkapkan oleh dr. Irma Cahyani selaku Kepala Seksi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Irma Cahyani mengatakan, bahwa penyakit DBD ini tidak mempunyai obat khusus untuk penangkalnya. Karena di sebabkan oleh virus, dan masuk ke dalam darah kemudian merusak siklus pembuluh darah sehingga menyebabkan kebocoran plasma dalam tubuh manusia. Dari akibat kebocoran itulah yang menyebabkan sampai ada pendertia DBD meninggal dunia.
“DBD itu tidak ada obat khusus, DBD itu penyebabnya adalah virus, virus Dengue. Jadi virus Dengue ini merusak siklus pembuluh darah yang menyebabkan kebeocoran plasma dalam tubuh. Jadi tidak ada anti virusnya. Penangananya adalah mengganti cairan tadi yang bocor dengan banyak minum air bagi yang penderita DBD tersebut,” ujar Irma saat diwawancarai, Senin (2/12/2019).
Ia juga menjelaskan, apabila sudah tidak ada nafsu untuk minum air maka dari itu si penderita DBD harus dilarikan ke puskesmas untuk mengganti cairan yang keluar dengan infus. “Yang harus kita lakukan jangan sampai terkena shock. Karena kebocoran plasma itu.”
Melihat angka kematian dan penderita DBD selalu ada, ia mengatakan, bahwa sebenarnya tingkat kepedulianlah yang harus ditingkatkan. Tugas untuk mencegah bukan saja kerja pemerintah tapi perlu melibatkan masyarakat, karena masalah DBD ini erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari-hari di lingkungan tempat ia tinggal.
“Jadi sebenarnya paling penting itu pencegahannya. Jadi ini lagi yang selalu salah dipahami di masyarakat kita, nanti sudah ada kasus, nanti pada saat musim hujan datang, kita mulai membersihkan sarang nyamuk. Harusnya pembersihan sarang nyamuk itu dilakukan secara continue, bukan hanya di musim penghujan saja tapi di musim kemarau juga bisa. Setiap minggu harus melakukan pembersihan sarang nyamuk. Itu harus dilakukan oleh individu di masing-masing keluarga,” tutur Irma kepada wartawan.
Kata Irma Juga, dari Dikes sendiri sudah menyosialisasikan porgram pencegahan yaitu Jumantik (Juru pemantau Jentik). Jadi di setiap rumah itu harus ada tugas yang memantau jentik setiap minggu. Dari penampungan air, belakang kulkas, tempat minum, kamar mandi, wc, harus diperiksa. Bak mandi harus disikat supaya jentik nyamuk di situ hilang, jangan lagi nanti ada kasus baru bersih-bersih, ini pola yang salah.
“Ini juga berhubungan dengan program kita satu rumah satu Jumantik. Paling penting jentik itu yang harus kita minimalisir, karena dia bisa tumbuh dalam waktu satu atau dua hari. Selain Jumantik, fogging juga bisa digunakan. Tapi harus dipahami fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa bukan membunuh sampai pada jentik atau telur nyamuk yang berada di sarangnya. Nah, ini yang harus diluruskan di masyarakat karena jentik nyamuk itu bisa tumbuh menjadi nyamuk 1- 2 hari saja. dan tidak akan mati dengan fogging secara terus-menerus,” ujar Irma.
Yang paling penting menurut Irma ialah masyarakat harus menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus. Karena sebenarnya program 3M Plus ini sudah dari dulu ada dan bahkan sampai saat ini, tapi belum maksimal karena kesadaran masyarakat juga yang kurang.
“Masyarakat harus sadar bahwa DBD itu harus mereka yang tangani, dan terus menjaga kebersihan lingkungan sekitar mereka. Dengan menjalakan program PSN 3M Plus tadi, apalagi sekarang sudah masuk di Bulan Desember, sudah mulai masuk di musim penghujan. Yah, diharapkan masyarakat mulai menerapkan PSN tadi. Karena biasanya di bulan Januari itu seperti tahun kemarin ada kasus penderita DBD. Dan sudah seharusnya PSN dilaksanakan sepanjang tahun bukan nanti menunggu musim hujan tiba,” imbuhnya di akhir wawncara.
Penulis: Zulkifli M.