60DTK, Opini – Tuan-tuan aktivis yang saya hormati dan saya banggakan. Awalnya saya menaruh perhatian cukup serius terhadap aktivitas tuan-tuan mahasiswa. Karena saya percaya tuan-tuan adalah generasi penerus cita-cita bangsa dan harapan rakyat.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai merasa cemas dengan aktivitas tuan-tuan yang dengan percaya diri menyebut aktivis. Pertama, saya khawatir jika tidak mampu beradaptasi dengan pola dan konstruksi berpikir tuan-tuan aktivis itu, imajinasi saya akan hilang. Kedua, harapan saya akan sirna karena gerakan ini tak memiliki jalur ideologi pergerakan mahasiswa seutuhnya.
Alhasil, rasa cemas saya menjadi kenyataan saat beramai-ramai sekelompok mahasiswa mengajak bahkan sudah menggunakan twibbon menolak bungkam dengan tagar Kami Kecewa Dengan Gubernur Gorontalo.
Baca juga: Kebiadaban Di Bahtera Asing
Tanpa analisa yang matang, dan tendensius terungkap bahwa mereka menggugat kebijakan gubernur terkait pergeseran anggaran beasiswa untuk penanganan Covid-19 di Provinsi Gorontalo.
Entah apa yang merasuki sekelompok kecil mahasiswa -maaf, “narsis” itu. Kekonyolan atas dasar sentimen negatif itu berujung pada terungkapnya beberapa nama yang pernah “menikmati” kucuran beasiswa dari Pemerintah Provinsi Gorontalo yang mereka gugat.
Ibarat melepas seekor anjing yang sedang terjepit, setelah terlepas mereka balik menggigit tuannya. Ironis dan terlihat sedikit -maaf, “jorok”.
Baca juga: Salahnya Pengelolaan Limbah Medis Covid-19, Jadi Ancaman Baru Di Masyarakat
Iya, “jorok” karena pemerintah sedang gencarnya melakukan pergeseran anggaran agar dapat melakukan coverage di berbagai bidang dan melindungi rakyat kecil, tuan-tuan mahasiswa pun menuntut perhatian lebih dari pemerintah, soal beasiswa.
Tuan-tuan seharusnya ada di barisan rakyat kecil, bukan berhadapan dengan rakyat. Tuan-tuan semestinya dapat menghubungkan kegelisahan rakyat dengan negara (baca: pemerintah) akibat dampak meluasnya penyebaran virus corona.
Tuan-tuan bisa saja tidak pernah mengenal gerakan mahasiswa di tahun 1908 dengan semangat national building yang pada akhirnya termanifestasikan dalam Sumpah Pemuda tahun 1928.
Baca juga: Kisah Bawang Merah Dan Bawang Putih: Serupa Tapi Tak Sama
Tuan-tuan pun tak paham arti gerakan Revolusi Kemerdekaan 1945, gerakan kekecewaan terhadap Soeharto tahun 1974 – 1978, hingga gerakan Reformasi 1998. Jika tuan-tuan sadar akan hal itu, saya haqqul yaqin tak sebodoh dan sekonyol memasang twibbon gerakan yang tuan-tuan lakukan.
Tuan-tuan aktivis mahasiswa, selayaknya anda menjadi underbouw rakyat kecil, memilih berkorban untuk perut rakyat kecil ketimbang perut kalian sendiri yang sudah pernah diisi oleh kucuran dana segar negara.
Saya merasakan kegagapan tuan-tuan dalam merespons derap langkah perubahan zaman. Apakah tuan-tuan terbebani dengan kejayaan gerakan mahasiswa yang familiar dengan “keberhasilan” angkatan 1966, 1974, 1998, dan sebagainya? Atau bahkan tuan-tuan tak pernah mengenal kejayaan itu?
Baca juga: Menelaah Emansipasi: Kesetaraan Dalam Konsep Islam
Seberapa sering tuan-tuan mendiskusikan sejarah dan eksistensi gerakan mahasiswa? Ada bahan refleksi buat tuan-tuan mahasiswa dari penjelasan Arbi Sanit (1999), bahwa gerakan mahasiswa dari masa ke masa merupakan kekuatan moral dan politik yang sangat efektif untuk menekan kekuasaan otoriter yang korup, pro-kapitalis, dan mengganggu hak-hak individu warga negaranya.
Apakah moralitas tuan-tuan terganggu dengan pergeseran anggaran yang dilakukan pemerintah untuk menolong warga negaranya yang sedang menghadapi Covid-19? Apakah tuan-tuan menganggap bahwa jika pemerintah membantu rakyat kecil itu bagian dari otoriter dan korup? Atau bahkan hak-hak individu tuan-tuan terganggu ketika anggaran beasiswa digeser untuk kepentingan rakyat kecil?
Sanit terlalu baik mengatakan bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan moral, gerakan intelektual, dan solusi bagi setiap kebuntuan bangsa. Tuan-tuan merasa twibbon itu adalah gerakan moral untuk rakyat kecil? Tuan-tuan percaya twibbon itu gerakan intelektual kerakyatan? Apakah tuan-tuan merasa sebagai solusi bangsa?
Baca juga: Suatu Penawar Untuk Kesalahan Memahami Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Jangankan sama dengan kebesaran gerakan mahasiswa dahulu, melakukan romantisme saja terasa berat bagi gerakan tuan-tuan itu. Episode gerakan twibbon adalah episode dari regenerasi gerakan yang buruk. (rds)