60DTK, Gorontalo – Kita semua tahu, bahwa semenjak pandemi, banyak sekali perusahaan yang gulung tikar, karyawan-karyawan dirumahkan, dan tidak sedikit dari mereka yang setelah itu harus ke sana kemari mencari pekerjaan baru, dan tak kunjung ketemu.
Baca juga: Menyusuri Indonesia Sekaligus Bertahan Sebijak Mungkin di Tengah Pandemi
Hal ini pula yang dialami oleh Tulus Ardian Anugraha. Pria kelahiran 1996 ini mengaku, sebelum covid-19 menyerang, kehidupannya baik-baik saja dengan sebuah pekerjaan yang cukup menunjang kebutuhan sehari-hari. Segalanya berjalan mulus, dan dia menjalani hari-hari sebagaimana manusia pekerja lainnya, pergi pagi pulang sore, begitu seterusnya bagai air mengalir.
Dia sangat bersyukur dengan kondisi itu, meski sering merasa capek. Setidaknya, kehidupan ada alurnya, dan kebutuhan hidupnya pun bisa terpenuhi.
Namun, semua berubah sejak covid-19 melanda. Di mana-mana ada saja kejadian karyawan yang di-PHK, atau perusahaan gulung tikar. Hingga pada suatu hari, mimpi buruknya akhirnya datang “mengetuk pintu rumah”, perusahaannya pun ternyata bernasib sama: gulung tikar.
Baca juga: Berusaha Legowo: Gagal Wisuda Karena Positif Covid-19
Pasca-dirumahkan (PHK), Ia memutar otak untuk mencari pekerjaan baru, dan Ia sadar itu tidak semudah seperti masa sebelum covid-19. Mencari pekerjaan di tengah pandemi covid-19 bagai mencari jarum di tengah tumpukan jerami.
Giliran diterima pada tahap awal dan harus mengikuti tahap selanjutnya, penolakan usai diwawancarai juga harus Ia terima. Ia juga mengaku sering sekali cukup lama menunggu respons dari perusahaan tempat Ia melamar. Parahnya, beberapa kali Ia hampir tertipu dengan lowongan kerja “tipu-tipu” dengan kondisi saat itu yang apa-apa semuanya harus dikerjakan secara daring ‘online’.
Baca juga: Duka Menjadi Tenaga Kesehatan di Tengah Wabah Covid-19
“Proses pencarian pekerjaan ini juga sangat melibatkan emosi akibat berbagai kesulitan yang dihadapi, misalnya penolakan atau kegagalan memenuhi syarat pekerjaan yang diharapkan, menunggu respons yang sangat lama terhadap lamaran kerja yang dikirimkan. Apalagi proses pengiriman berkas harus melalui surat elektronik ‘email’ yang hampir saja tertipu oleh info lowongan kerja abal-abal,” keluh pria yang akrab disapa Tulus itu.
Namun, di atas itu semua, Ia mengaku merasa harus tetap tenang. Jika Ia sendiri menjadi frustasi dengan keadaan itu, bukan tidak mungkin Ia akan terbawa suasana dan hanya akan terus mengeluh tanpa melakukan hal-hal lain yang masih bisa dilakukan meski dengan segala keterbatasan kala itu.
Baca juga: Covid-19 yang Mengubah Segala Rencana
“Jadi saya tetap tenang dan menjalankan protokol kesehatan tentunya. Saya juga melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, membaca buku, dan belajar hal baru melalui internet yang pastinya dari semua kegiatan itu tidak menimbulkan kerumunan,” bebernya.
Kini, Ia merasa mulai terbiasa dengan “lingkungan baru” yang menuntut untuk tidak berkerumun, selalu memakai masker, dan hal-hal lainnya yang sesuai protokol kesehatan.
Baca juga: Pantang Menyerah Selesaikan Studi Meski di Tengah Pandemi
Bahkan, Ia mengaku bersyukur atas segala kerja keras dan sabar yang berkali lipat, kini Ia pun sudah mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan besar, dan ditempatkan di Papua.
Baginya, pandemi tidak hanya menyisakan rasa kesal dan penyesalan-penyesalan, tapi juga menyisakan pembelajaran yang begitu baik untuk terus tumbuh meski banyak terpaan dari sana sini.