60DTK, Gorontalo – Sejak muncul di Indonesia pada awal tahun 2020 lalu, hingga kini covid-19 masih belum juga mereda. Bahkan beberapa waktu terakhir, kasus covid-19 di Indonesia sempat mengalami peningkatan, meskipun di beberapa daerah juga ada yang mengalami penurunan.
Keadaan ini memaksa semua masyarakat Indonesia untuk bisa beradaptasi dari hari ke hari. Mulai dari karantina wilayah ‘lockdown’, pembatasan sosial, kenormalan baru, hingga berbagai kebijakan untuk menekan angka kasus covid-19 di Indonesia, sudah diberlakukan, dan masyarakat “harus” ikut serta di dalamnya.
Semua sektor terdampak. Tak hanya sektor kesehatan, tapi juga perdagangan, pariwisata, hingga pendidikan. Tak ayal, banyak pelajar/mahasiswa yang merasa semakin sulit dalam melanjutkan/menyelesaikan studi di tengah pandemi saat ini. Salah satunya, Siti Tri Utami.
Baca juga: Menyusuri Indonesia Sekaligus Bertahan Sebijak Mungkin di Tengah Pandemi
Perempuan yang akrab disapa Tami ini mengaku sangat kesulitan menyelesaikan studinya di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Bhakti Setya Indonesia, Yogyakarta, karena adanya pandemi.
Ia menuturkan, karena adanya pandemi covid-19, mahasiswa tidak bisa lagi datang ke kampus dengan bebas kecuali membawa surat keterangan sehat. Untuk mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengurus akhir studi sepertinya, tentu hal itu sangat menyulitkan dan membuang-buang waktu.
Selain itu, pandemi berdampak sampai pada pengurusan judul untuk tugas akhir di kampusnya. Banyak sekali syarat yang harus mereka penuhi agar tetap bisa menyelesaikan studi meski di tengah pandemi.
Baca juga: Saya Traveller, Mental Saya Jatuh Karena Covid
“Jadi mahasiswa yang judulnya eksperimen, maka harus mengambil tempat penelitian yang bisa langsung dikunjungi. Begitu juga dengan pengambilan datanya.
Ada juga beberapa dosen pembimbing yang menyarankan mengambil judul yang berkaitan dengan pandemi covid-19,” ujar perempuan yang mengambil Jurusan D3 Teknologi Bank Darah itu.
Sepengalamannya, Tami juga mengaku bahwa Ia sempat merasa sulit sekali karena harus mengurus banyak berkas hanya untuk menyelesaikan praktik kerja lapangan (PKL) sebelum bisa mulai mengurus karya tulis ilmiah (KTI) sebagai tugas akhir.
Baca juga: Barista yang Bertahan di Tengah Pandemi
Karena pandemi, persetujuan orang tua sangat dibutuhkan atas semua hal yang akan dijalani oleh para mahasiswa itu. Akhirnya, Ia harus ribet sendiri mengurus surat izin orang tua, sementara orang tuanya berada jauh di Pulau Sulawesi, tepatnya di Gorontalo.
“Waktu itu posisinya saya sudah di Yogyakarta, sementara orang tua di Gorontalo, jadi sulit sekali. Manalagi semua pengurusan surat-surat itu tidak bisa langsung diurus di kampus, tapi hanya bisa lewat whatsapp atau SIAKAT (situs web kampus). Dosen juga sering lama balas pesan, jadi sulit sekali rasanya,” keluh Tami.
Lepas dari masalah pengurusan berkas, perempuan pencinta nasi goreng ini pun mengaku kesulitan melakukan bimbingan KTI karena harus dilakukan secara daring ‘online’. Karena jika dipikir-pikir, bimbingan luring ‘offline’ saja sering terasa sulit, apalagi daring.
Baca juga: Dianggap Menyehatkan, Pemandian Air Panas Lombongo jadi Tujuan Wisatawan
“Offline saja sudah sulit dengan adanya kesibukan dosen, apalagi online hanya dengan menggunakan SIAKAT, di mana mahasiswa harus sabar menunggu balasan dari dosen pembimbing masing-masing,” ucapnya melanjutkan keluhan.
Meskipun begitu, Ia mengaku tetap tidak menyerah atas semua kesulitan yang dihadapi. Bagaimanapun, baginya pandemi tidak bisa menghalangi langkahnya untuk menyelesaikan studi.
Proses pengurusan akhir studinya pun berjalan cukup cepat. Dimulai bulan November 2020, dan selesai di Juli 2021, meski harus berjuang mati-matian melawan keluh yang kerap muncul seiring aturan yang semakin menyulitkan diakibatkan pandemi covid-19.
Baca juga: Lagi Cari Tempat Liburan Akhir Pekan? Yukk!!! Ke Wisata Religi Desa Bubohu
“Saya rasa cepat sekali karena memang juga ada tuntutan cukup kuat dari kampus. Kampus menuntut kami harus selesai sesuai jadwal yang sudah dibuat walau di tengah pandemi. Jadi bagaimana caranya, kami yang mahasiswa ini harus berusaha menghubungi dosen. Saya juga tidak mau menyerah,” imbuh perempuan cantik itu.
Ia pun berharap pandemi cepat berakhir tanpa lebih banyak korban jiwa, dan tidak lebih banyak mahasiswa yang merasa kesulitan mengurus studi hanya karena adanya pandemi.
“Semoga cepat berakhir, tidak lebih banyak lagi korban jiwa. Kita semua juga harus bisa senantiasa menjaga protokol kesehatan,” tutup perempuan yang kini menetap di Banguntapan, Bantul, Yogakarta itu.