Polisi Bubarkan Massa Aksi di Bundaran Saronde dan Berakhir Ricuh

Masa aksi yang sempat ricuh berhasil dibubarkan oleh apart Kepolisian. Rabu (25/9). Foto: Zulkifli M.

60DTK – Gorontalo: Aliansi Mahasiwa Kabupaten Gorontalo yang terdiri dari aliansi mahasiswa gabungan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gorontalo (UG) dan BEM Universitas Muhamadiyah Gorontalo (UMG) sore tadi mengakhiri aksi tuntutan mereka di bundaran Hulondalo Indah atau Bundaran Saronde. Rabu (25/9/2019).

Rencananya Aliansi Mahasiswa Kabupaten Gorontalo ini akan bertemu dengan Aliansi Mahasiswa Gorontalo yang telah dari pagi tadi menyampaikan aspirasi mereka di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Gorontalo. Tapi karena ada miss komunikasi antara kedua Aliansi Mahasiswa ini, sehingga Aliansi Mahasiswa yang dari UNG, Unisan, IAIN, kembali ke kampusnya masing-masing.

Bacaan Lainnya

“Kita pertama melakukan aksi di kantor DPRD Kabupaten Gorontalo, dan rencana puncaknya di bundaran Saronde ini. Kita akan ketemuan dengan masa aksi yang berada di kota. Tapi ada beberapa kendala yang terjadi, mis komunikasi salah satunya. Sehingga  pihak dari kampus lain sudah balik, dan kami tetap melanjutkan aksi di sini. Karena sesuai rencana titik akhir aksi kami di bundaran Saronde,” ujar Presiden BEM UG, Muhamad Arifin, yang juga sebagai koordinator masa aksi dari UG.

Baca : Tolak RKUHP & Revisi UU KPK, Ribuan Mahasiswa Turun Demo

Ketua BEM UG ini juga mengungkapkan, beberapa tuntutan mereka melalui aksi ini mengenai kejanggalan RKUHP dan Revisi UU KPK yang tidak pro kepada rakyat dan hanya menguntungkan elit penguasa. “Kita menolak RKUHP dan RUU KPK, ini fokus tuntutan kita hari ini.”

Namun, Muhamad Arifin menyesali saat aksi mereka dipaksa bubar  oleh aparat serta ada insiden penahanan dan pemukulan kepada masa aksi di bundaran sore tadi.

Menurut Muhamad sendiri, kericuhan yang terjadi dipicu atas pelarangan aparat kepolisian terhadap masa aksi membakar ban karena nyala api yang mulai membesar. Alasan lain pihak kepolisian karena berdekatan dengan pertamina dan bisa merusak fasilitas rakyat.

Baca : Dua Orang Massa Aksi Pingsan Saat Demonstrasi Di Kantor DPRD Provinsi Gorontalo

“Tadi itu mahasiwa sementara membakar ban, dan Polisi melarang karena dekat dengan SPBU. Namun, bakar ban ini kami meyakininya merupakan hal yang wajib dalam aksi mahasiswa. Kemudian api mulai membesar dan ada pedaman api dari para Aparat Kepolisian, pemadaman itu memicu kemarahan dari masa aksi yang hadir,” ungkap Muhammad Arifin kepada wartawan.

 

Aksi bakar ban yang dilakukan masa aksi yang juga jadi pemicu kericuhan di Bundaran Saronde. Rabu (25/9). Foto: Zulkifli M.

 

Lebih lanjut ia menjelaskan, setelah pemadaman itu terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian mencuak. Sehingga bentrok pun terjadi dan situasi mulai memanas.

Bahkan menurut pantauan reporter 60dtk.com di lapangan, ada beberapa mahasiswa yang kena pukul atas tindakan represi dari aparat saat aksi saling dorong itu terjadi.

“Kami tetap menolak tindakan represif dari pihak aparat atas masa aksi yang kena pukul,” tegas Presiden BEM UG tersebut.

Masa aksi lainnya yang sempat ditemui oleh reporter 60dtk.com mengaku kena pukul atas aksi tersebut. Ia dituduh melakukan provokasi dan memanas-manasi masa aksi lainnya oleh aparat kepolisian.

Baca Juga: Melihat Perjuangan Mahasiswa, Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Menangis!

“Kami tadi bakar ban dan dimarahi oleh polisi karena dekat dengan pertamina. Tapi yang kami bingung mengapa tidak dari awal saja dimarahi. Karena sejak awal saat ban mulai dibakar belum ada tindakan dari kepolisian, nanti berjalan 20 menit dan api mulai membesar pihak kepolisian mulai memadamkan api tadi. Penyebabnya terjadi ricuh itu dari pembakaran dan pemadaman ini,” ujar Jefri Polinggapu, masa aksi yang mau memberi keterangan atas pemukulan yang ia alami.

Setelah mau memberikan keterangan, Jefri juga kemudian menguraikan peristiwa yang dia alami tadi.

Saat kericuhan terjadi antara mahasiswa dan polisi, saya langsung berinisiatif naik ke mobil, tujuannya untuk melerai dan menenangkan antara kedua kubu ini.

“Tidak memberikan orasi hanya untuk menenangkan masa karena saya senior di sini. Saya hanya memberikan intruksi ‘tahan’ dari atas melalui pengeras suara,” kata Jefri.

Baca : Demo Berjalan Damai, Wapres UNG Ucapkan Terima Kasih

Tapi tiba-tiba hal itu itu dianggap pihak aparat memprovokasi, mikorofon saya ditarik, dan saya dipukuli.

“Bagian tubuh yang kena pukul itu dada dan bagian perut. Seingat saya bagian dada sebelah kanan dipukuli dua kali dan perut sebelah kiri dua kali. Dan itu masih terasa sakit sampai hari ini,” keluhnya.

Saat insiden pemukulan itu, “Alhamdulillah ada Polantas yang selamatkan saya; lupa siapa Polantas itu. Kalau tidak diselamatkan olehnya, saya sudah dikeroyok oleh para aparat (sabara).”

 

Aksi saling dorong terjadi antara mahasiswa dan pihak aparat Kepolisian hingga berujung pada kericuhan. Rabu (25/9). Foto: Zulkifli M.

 

Banyak pukulan yang masuk, tetapi yang bisa saya hitung hanya empat tadi. Untuk bagian wajah sendiri saya bisa berlindung dengan menutupi wajah dengan kedua tangan, selayaknya pertahanan diri seorang petinju.

“Sangat sakit sekali, saya bernafar saja terasa aneh,” keluh Jefri yang kedua kalinya.

Pihak aparat sarankan untuk berobat, tapi saya menolak. Saya lebih mementingkan adik-adik saya daripada saya berobat.

“Karena ada lima orang bagian masa aksi tadi diculik, tapi sudah dikembalikan. Lima orang itu, satu orang kena pukul juga, dia masih mahasiswa baru. Ada sedikit benjolan di bagian wajah tepatnya dekat mata sebelah kiri,” imbuhnya.

Baca : Ribuan Mahasiswa Gorontalo Sukses Gelar Aksi, Berterima Kasihlah Ke Dosen

Sikap Kapolres Gorontalo Kota

Menyikapi kericuhan yang terjadi di bundara Saronde sore tadi, Kapolres Gorontalo Kota, AKBP Robin Lumban Raja, S.I.K., M.Si mengatakan, masa aksi yang melakukan orasi pada sore ini tidak sepengetahuan pihak kepolisian karena tidak ada pemberitahuan. Pihaknya hanya mengetahui aksi yang berlangsung di kantor DPRD Provinsi Gorontalo.

“Masa aksi di DPRD tadi yang ribuan itu  berjalan aman, dan saya kembali menerima kabar di sini ada rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan aksi. Dan aksi yang di sini bukan masa yang dari kota, tidak ada pemberitahuan yang masuk ke kami,” kata Kapolres Gorontalo Kota kepada wartawan.

Robin Lumban juga menuturkan, bila ada aspirasi yang disampaikan  untuk rakyat silakan. Tapi saya percaya ini Kota Serambi Madinah mahasiswanya pasti tertib.

“Kami memohon, silakan menyampaikan aspirasi dengan tertib dan akan kami jaga seperti yang tadi pagi sampai pulang sampai ke kampusnya masing-masing, kami akan jaga.”

Baca : Pers Gorontalo Serukan Penolakan Revisi RKUHP!

Perihal pelarangan bakar ban yang dilakukan masa aksi tadi, menurut Robin, itu merusak fasilitas rakyat. Dan tak seharusnya ada bakar ban di sini karena menyebabkan masalah baru; penutupan jalan salah satunya. “Saya bilang kepada anggota itu jalan rusak tolong sampaikan, jangan bakar ban. Saat anggota kami memadamkan api malah dihalang-halangi oleh masa aksi,” jelasnya.

“Saya sebagai Kapolres Gorontalo Kota punya tugas membantu masyarakat di sini, terpaksa jalan kami tutup. Masyarakat ada yang tanya, ‘ada apa?’, ‘Ada mahasiswa sedang berorasi,’ jawab saya. Tiba-tiba api mengepul, jalan dirusak seperti ini. Kami hanya menjaga jangan sampai ada perusakan fasilitas untuk rakyat,” tegasnya.

Kemudian setelah dilakukan pemadaman, akhirnya terjadi saling dorong antara aparat dan masa aksi hingga ricuh seperti tadi.

“Akhirnya terjadi. Kalau ada anggota kami melakukan tindakan tegas kepada masa aksi tadi, kami mohon maaf. Ini semata-mata untuk menjaga apa yang rakyat percayakan kepada kami untuk kami jaga. Itu saja,” tutur Kapolres Gorontalo itu.

Baca : Dianggap Melemahkan KPK, Gorontalo Tolak Revisi UU KPK

Hanya saja ada pancingan seperti penghalang-halangan dalam pemadam api tadi dari pihak masa aksi, yang kemudian memicu terjadi aksi saling dorong.

“Mengenai beberapa masa yang ditahan sudah kami lepas. Kami tidak ada maksud lain, mereka hanya diamankan saja agar tidak memprovokasi masa yang lain agar tidak tersulut kemarahan mereka.”

Saya selaku Kapolres Gorontalo Kota mohon maaf atas tindakan tegas dari anggota kami. Dan mengenai adanya insiden pemukulan akan kami lakukan penyelidikan lebih lanjut.

“Kami menahan mereka tadi hanya untuk memisahkan dulu, untuk mengamankan situasi ke arah kondusif. Biar  tidak ada provokasi lanjutan,” jelasnya. (Zulkifli M./60dtk)

Pos terkait