Tradisi Lempar Kepala Kerbau di Trenggalek Mulai Digelar

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin (dua dari kiri), saat mengikuti prosesi nyadran Dam Bangong Kelurahan Ngantru, Jumat (3/07/2020). (Foto - Hardi Rangga 60dtk)

60DTK, Trenggalek – Memasuki Bulan Selo (dalam penanggalan Jawa), masyarakat Kelurahan Ngantru bersama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, mulai menggelar tradisi nyadran.

Tradisi ini merupakan salah satu warisan leluhur yang terus dipertahankan hingga sekarang, sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Yang Maha Kuasa.

Bacaan Lainnya

Tahun ini, tradisi nyadran digelar secara terbatas, mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang belum usai. Tidak ada rangkaian arak-arakan yang meramaikan acara seperti biasanya. Hanya digelar khotmil Quran, ziarah makam Adipati Minak Sopal, dan terakhir melarung kepala kerbau ke Dam Bagong.

Baca juga: Empat Tahun Berturut-Turut, Laporan Keuangan Pemkab Trenggalek Raih Predikat WTP

Meski biasanya antusias masyarakat selalu tinggi saat tradisi nyadran digelar, namun tahun ini hanya masyarakat sekitar yang ikut menyaksikan.

“Ini adalah hajat budaya kita, nyadran Dam Bagong, sebagai bentuk syukur masyarakat di mana Allah telah memberikan rezeki,” tutur Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, saat menghadiri tradisi nyadran di Dam Bagong, Jumat (3/07/2020).

“Air kita tidak kering, sawah-sawah bisa terairi, panen lancar, kemudian masyarakat bersedekah lewat salah satunya membagikan daging kerbau kepada masyarakat sekitar,” imbuhnya.

Baca juga: Bupati Trenggalek Resmikan Layanan Samsat Pojok Jatim Di Kedunglurah

Nur Arifin berharap, tradisi serta budaya yang telah mengakar di masyarakat ini terus dilestarikan. Menurutnya, dengan menjaga tradisi, masyarakat akan tetap mengingat jasa-jasa para leluhur terdahulu.

“Kemudian kalau ada rezeki yang kita dapat, ya kita bagikan, kita sedekahkan, seperti sedekah nyadran di Dam Bagong ini,” tutupnya. (adv)

 

Pewarta: Hardi Rangga

Pos terkait