60DTK-Internasional: Sebuah kelompok bernama Men4Women di Sudan Selatan, membagi – bagikan pembalut wanita kepada anak – anak perempuan, dan mengajak anak laki – laki dan pria untuk terlibat dalam gerakan untuk mendorong produk kebersihan sanitasi agar lebih mudah didapat oleh para anak perempuan.
Hal tersebut mereka lakukan guna memecahkan tabu budaya dan topik yang sering membuat gadis – gadis muda absen dari sekolah, yakni terkait menstruasi.
Sebagai contoh, ada seorang perempuan bernama Sunday Joseph yang dibesarkan oleh sebuah keluarga miskin di Ibu Kota Sudan Selatan, Juba, bersama 12 orang saudaranya, dan saat mencapai usia remaja dan mendapat menstruasi, keluarganya tidak mampu membelikan pembalut untuknya. Inilah yang mendorong Men4Women mulai melakukan gerakannya.
Baca juga: Ada – Ada Saja, Di Bone Bolango Pembalut Wanita Jadi Bahan Narkotika
“Setiap kali saya datang bulan (menstruasi), saya menggunakan potongan kain atau kadang – kadang kertas toilet,” ujar Sunday Joseph.
Sementara itu, di sekolah, Sunday kerap digoda dan merasa sangat malu, hingga akhirnya Ia putus sekolah, hamil, dan tidak pernah lagi kembali ke sekolah. Kini, untuk memenuhi kebutuhan hidup anaknya, Ia bekerja sebagai tukang bersih – bersih di sebuah kantor di lingkungannya.
Direktur Men4Women, Emmanuel Gordon mengungkapkan, Men4Women adalah sebuah kelompok aktivis laki – laki dan pria yang bekerja untuk mencegah nasib serupa dengan yang dialami oleh Sunday bagi anak perempuan lainnya, serta berusaha menghilangkan stigma menstruasi dengan mengajarkan kesehatan dan kebersihan di sekolah.
Baca juga: Ternyata.! Obesitas Pada Pria Mempengaruhi Jumlah Sperma
“Anak laki – laki adalah yang sering mengejek anak – anak perempuan. Ketika mereka melihat noda darah pada gadis itu, mereka menertawakan anak – anak perempuan. Kami melibatkan mereka karena kami berusaha memberi tahu anak laki – laki bahwa itu adalah hal yang wajar,” tutur Emmanuel Gordon.
Di Sekolah Dasar Happy Angel, Men4Women pun membagikan pembalut, bahkan menunjukkan cara menggunakannya. Mereka membantu anak – anak perempuan yang tidak bisa mendapat pembalut, atau yang merasa tersingkir dan terputus dari komunitas, serta mendidik anak – anak laki – laki di Sudan Selatan terkait hal ini.
“Awalnya, saya takut karena ada pertanyaan, dan saya tidak tahu bagaimana menjawabnya. Tetapi akhirnya, saya merasa nyaman, dan saya sangat berterima kasih,” ujar salah satu anak perempuan di Sekolah Dasar Happy Angel, Golder Kiden John.
Baca juga: Olongia Dan Kuasa, Potret Kiprah Perempuan Gorontalo
Sementara itu, Direktur Jenderal Kesetaraan Gender Sudan Selatan, Esther Akumu mengungkapkan apresiasi-nya atas gerakan ini.
“Saya benar – benar terkesan, karena ini adalah pertama kalinya saya pikir, di negara ini laki – laki berbicara tentang menstruasi,” jelas Akumu.
Akumu juga mengatakan, sudah waktunya untuk berbicara mengenai menstruasi di Sudan Selatan, dan upaya kelompok Men4Women merupakan langkah yang baik.
Baca juga: Perempuan Indonesia Di Amerika: Di Sini Saja Cadar Tidak Dilarang
“Saya menganjurkan kelompok ini datang ke kementerian. Kami melihat bagaimana mereka akan maju, dan nantinya mereka tidak akan mengalami hambatan ketika mereka ke sekolah,” kata Akumu.” (rls)
Sumber: VOA Indonesia